Skip to main content

Gondomanan 15, ANTOLOGI PUISI ALUMNI RENAS


 

SAYA termasuk salah seorang yang bahagia dan bangga, ketika sejumlah nama yang dulu di tahun 70-an dan 80-an ‘bergelut’ menyemarakkan halaman atau rubrik Remaja Nasional (Renas), halaman yang disediakan Harian “Berita Nasional”, yang ketika itu kantor redaksinya di Jl. Gondomanan 15, Yogyakarta, kini menyatukan dirinya kembali di dalam antologi puisi GONDOMANAN 15. Betapa tidak. Sebelum Renas diasuh oleh Sutirman Eka Ardhana, saya termasuk yang terlebih dulu membangun keberadaan Renas tersebut.

Renas merupakan kelanjutan dari halaman Suluh Remaja (Sura). Harian “Berita Nasional” sebelumnya bernama “Suluh Marhaen”. Dan, halaman atau rubrik Suluh Remaja merupakan halaman yang disediakan Harian “Suluh Marhaen” untuk para remaja atau kaum muda menyalurkan kreativitas dirinya. Kala itu Sura berada di bawah asuhan saya dan Mas Adrin Umar. Di awal tahun-tahun 70-an, halaman Sura berganti menjadi Renas, setelah Harian “Suluh Marhaen” berganti nama “Berita Nasional”. Di awal kemunculannya, Renas merupakan halaman yang menampung berbagai informasi dan kreativitas para remaja yang berhubungan dengan seni dan budaya.

Ketika mulai tahun 1974, halaman Renas diasuh oleh Sutirman Eka Ardhana, memang terlihat ada yang berbeda dari warna Renas di awal-awal kemunculannya. Di awal kemunculan, Renas memang sedang mencari-cari bentuknya yang pas. Di tangan Sutirman Eka Ardhana, Renas terlihat memfokuskan dirinya sebagai ajang para remaja atau kaum muda yang menyukai dunia penulisan, terutama yang berkaitan dengan sastra. Maka mulai saat itu, Renas pun tumbuh menjadi halaman atau rubrik yang disukai kawula muda, terutama mereka yang memiliki ketertarikan terhadap dunia penulisan, seperti menulis puisi, cerpen, dan lain-lainnya.

Saya bangga, karena Renas mampu menjadi tempat para kawula muda di kala itu membangun dirinya dalam berkarya, dan kemudian memunculkan nama-nama berkualitas di dunia penulisan sastra saat ini, baik itu penulisan puisi, cerpen, dan karya-karya kreatif lainnya. Saya juga bangga, karena Renas kala itu sempat menjadi halaman yang diperhitungkan keberadaannya, dibanggakan dan dikenang hingga hari ini.

Saya tentu layak berterimakasih kepada Sutirman Eka Ardhana yang menjaga gawang Renas sampai 1979, juga kepada teman-teman yang melanjutkannya, seperti Mayon Sutrisno, Sunardian Wirodono, I Made Suarjana, dan lainnya.

Dan, terimakasih, keberadaan Gondomanan 15 itu dijadikan monumen melalui buku antologi puisi GONDOMANAN 15 ini. Suatu monumen kreativitas yang bernilai dan berharga. Salam.


Yogyakarta, 25 Agustus 2016


Oka Kusumayudha