Skip to main content

Jejak Pikiran Seorang Jurnalis

 


Jurnalis yang Mengajak Berpikir dan Berilmu

Landasan visioner yang menjadi pondasi penerbitan buku karya H. Nasrullah Krisnam ini secara sangat lugas tertulis dalam kutipan ayat Al Qur’an pada awal buku. Kutipan itu berbunyi demikian: “Dan dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya sebagai rahmat daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir” (QS. Al-Jasiyah:13).

 

Secara konsisten, melalui 109 judul tulisan yang ada dalam buku ini, penulis berupaya untuk menawarkan pemikiran kepada pembaca, melibatkan pembaca untuk ikut berpikir, mempertanyakan fenomena kehidupan yang secara nyata dihadapi, serta mengajak pembaca untuk melengkapi diri dengan beragam kerangka keilmuan agar mampu membaca realitas kehidupan itu secara lebih kritis dan memaknainya ulang, dan jika perlu mengubah apa yang pantas diubah agar kehidupan menjadi lebih baik, adil, dan bermartabat. Oleh karena itu, seluruh tulisan yang diterbitkan ini merupakan sebuah upaya dialog pemikiran yang menarik dan menantang, dengan gaya penulisan yang ringan, mengalir, serta enak dibaca.

Seluruh tulisan yang merupakan ajakan untuk berpikir dan berilmu yang ada dalam buku ini, sekaligus mencerminkan proses pergulatan pemikiran dan keilmuan penulis sendiri. Sebagai seorang Jurnalis, penulis tampaknya memilih fungsi profetis yang tidak mudah, yakni mengajak masyarakat pembaca untuk berpikir kritis, mengambil jarak terhadap kesadaran umum yang berlaku dan seringkali bersifat hegemonik, yang terungkap dalam keyakinan-keyakinan, kebiasaan, perilaku harian, dan kecenderungan-kecenderungan yang telah dianggap biasa. Oleh penulis, semua yang pada umumnya dianggap biasa itu ditempatkan sebagai hal yang tidak biasa dan perlu dipikirkan ulang, direfleksikan, serta dicarikan alternatifnya yang lebih baik. Untuk menjalankan fungsi profetis yang tidak mudah ini, tampak sekali bahwa penulis berusaha melengkapi diri dengan beragam ilmu yang dibutuhkan dan mendukung, dengan cara membaca sebanyak mungkin buku. Jejak-jejak bahan bacaan itu secara sangat jelas tercermin dalam semua tulisannya. Kajian budaya, sosial, politik, filsafat, psikologi dan spiritualitas, menjadi bidang keilmuan yang dipelajari dan digeluti serta digunakan sebagai perspektif untuk melihat fenomena kehidupan masyarakat yang dihadapi. Harapannya, melalui analisis kritis dan pengambilan jarak itu, penulis mengajak masyarakat pembaca untuk terlibat dalam pergulatan itu dan membebaskan diri dari cara berpikir, cara berkeyakinan dan cara bertindak yang membelenggu kesadaran sehingga menghalangi terbangunnya cara berpikir dan bertindak alternatif yang lebih produktif dan kreatif demi keadilan dan martabat kemanusiaan.

 

Dalam konsepsi pemikiran Paulo Freire, salah satu tokoh gerakan pendidikan kritis dari negeri Brazil, apa yang dilakukan oleh Nasrullah Krisnam melalui tulisan-tulisannya ini, dapat dikategorikan sebagai langkah konkret membangun kesadaran kritis (conscientization). Ini merupakan langkah melibatkan masyarakat dalam pergulatan pemikiran dan mengambil jarak dari segala yang dianggap sebagai “yang wajar dan berlaku umum” dan seringkali dianggap sebagai “sesuatu yang sudah benar”, yang sebenarnya merupakan konstruksi sosial yang mengabdi kepada kepentingan tertentu. Seluruh “Jejak Pemikiran” yang bersifat dialogis dalam buku ini, juga mencerminkan sikap penulis yang memandang manusia (lain) bukan sebagai bejana kosong tanpa pengetahuan, melainkan sebagai individu-individu yang memiliki pengetahuan dan pendapat yang bernilai, yang melalui dialog pemikiran itu dapat semakin memaksimalkan kesanggupannya untuk berpikir dan mengembangkan keilmuan. Tulisan-tulisan penulis yang merupakan tawaran dan ajakan berpikir kritis ini, dengan demikian mencerminkan juga pandangan humanisme penulis yang positif, bahwa manusia adalah individu yang memiliki potensi kesadaran kritis dan mempunyai harapan besar untuk berkembang, semakin memanusiakan dirinya, semakin bermartabat dan mentransformasi lingkungan sosialnya.

 

Akhir kata, buku Jejak Pikiran Seorang Jurnalis yang mengajak pembaca untuk terlibat berpikir dan berilmu ini, merupakan teman dialog yang menarik dan menantang, karena tulisan-tulisannya tak pernah memberikan kata akhir, melainkan selalu terbuka dengan pertanyaan akhir. Oleh karena itu, para pembaca tidak selalu harus memberikan persetujuan, bahkan cenderung diajak untuk terlibat memberikan alternatif pemikiran dan pandangan. Oleh penulis, para pembaca tetap ditempatkan sebagai subyek yang berpikir dan berilmu yang ditantang untuk senantiasa memaksimalkan cara berpikir dan kesanggupan keilmuannya. Maksimalisasi kesanggupan berpikir dan berilmu ini, dimaksudkan agar dalam kehidupan sehari-hari kita tidak salah langkah, atau dalam bahasa daerah asal penulis, Lembata-Nusa Tenggara Timur, diungkapkan dengan istilah “Kara Laleq Lei”. Selamat membaca.

 

Indro Suprobo, Penulis, Penerjemah dan Editor buku. Tinggal di Yogyakarta.