Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2019

Membaca Hujan di Bulan Purnama

  Di tengah media yang terus berkembang, rupanya puisi tidak hilang, malah ikut berselancar di lautan media yang semakin mempunyai beragam formula. Puisi seperti bisa mengambil tempat di mana saja, dan ruang-ruang yang dihuni puisi, kecil atau besar tidak merisaukan bagi para penyair. Bahkan melalui karya puisinya, para penyair mengisi ruang-ruang yang memiliki beragam rupa. Dari beragam rupa bisa dibuat dalam dua kategori, yakni ruang konvensional dan ruang digital. Pada mulanya, puisi tumbuh di ruang-ruang konvensional, misalnya di rubrik budaya surat kabar, atau diterbitkan dalam bentuk buku, yang sifatnya masih stensilan, atau juga dibacakan di ruang-ruang konvesional sepeti ruang pertunjukan dan sejenisnya, termasuk dibacakan di balai desa dan ruang-ruang yang ada di kampung lainnya. Kita bisa melihat, tiga ruang konvensional yang sekarang masih terus dipelihara, dan puisi nyaman tinggal di dalamnya, ialah rubrik sastra di surat kabar, penerbitkan buku puisi dan pembacaan puisi di