Skip to main content

Membaca Tanda, Mengisahkan Makna


 

Mencermati hal, pengalaman, dan peristiwa-peristiwa yang biasa secara luar biasa, adalah gaya hidup orang yang suka belajar. Mencermati semua yang biasa secara luar biasa itu membawa orang kepada proses menggali informasi, menelusur sejarah, membongkar konteks-konteks, mengangkat yang tersembunyi, mengambil jarak dan membangun sikap kritis terhadap semua yang mengandung bius bagi pikiran, mengapresiasi apa yang pan-tas diunggulkan dan dipuji, lalu semuanya itu diwariskan kepada generasi ke generasi. Seluruh proses itu, menuntut orang untuk menjalani proses belajar terus-menerus. 

Buku Membaca Tanda, Esai-esai tentang Kebudayaan, yang merupakan kumpulan tulisan sahabat sekaligus saudara tua saya, Ons Untoro, yang dirangkum untuk menandai tonggak perjalanan hidupnya ke 60 ini, secara jelas menunjukkan karakter seperti tergambar dalam paragraf di atas. Tulisan-tulisan yang terangkum dalam buku ini merupakan praksis mencermati semua yang biasa secara luar biasa. Oleh karena itu, tulisan dalam buku ini kadang-kadang mengangkat apa yang tersembunyi dari sebuah peristiwa atau pengalaman, kadang-kadang mengapresiasi apa yang pantas dipuji dari pengalaman, kadang-kadang membongkar konteks, dan kadang-kadang mengambil sikap kritis terhadapnya. Atau, kadang-kadang, sekaligus seluruh proses itu terjadi dalam satu tulisan. 

Bagi Ons Untoro, setiap peristiwa adalah tanda yang menunjuk kepada sesuatu yang lain, yang harus ditelusur dan dipahami. Dengan gaya penulisannya yang khas, yakni suka sekali memberikan sisipan sehingga cenderung menggunakan kalimat berklausul, Ons Untoro berusaha mengisahkan makna dari beragam tanda-tanda yang dibacanya. Ada kalanya, makna yang dikisahkannya sungguh di luar dugaan dan mengagetkan karena merupakan sindiran yang menohok dan tak terpikirkan sebelumnya. Salah satu contohnya adalah tulisan berjudul Mencari Yogya di Jogja.  Ia memberikan cara membaca yang menarik bahwa orang-orang nostalgis yang pernah tinggal di Yogya lalu pergi sekian lama meninggalkan Yogya dan melakukan protes atas perubahan-perubahan yang terjadi ketika berkunjung kembali ke Yogya, barangkali adalah orang-orang yang "tidak mengalami perubahan di tempat barunya" dan untuk merepresentasikan tiadanya perubahan itu dalam kehidupannya yang baru, ia lalu mencari Yogya yang tidak berubah, dan merasa marah melihat kenyataan Yogya yang telah berubah.

Membaca Tanda, Esai-esai tentang Kebudayaan yang sedang anda baca ini, sekaligus mencerminkan jiwa pembelajar yang dihidupi oleh Ons Untoro selama ini. Untuk membaca tanda-tanda yang dijumpainya dalam pengalaman dan peristiwa sehari-hari, mau tidak mau Ons Untoro sendiri harus terus-menerus belajar dan membaca banyak buku. Tulisan berjudul Buku, Yogya, dan Kebudayaan, menjadi salah satu bukti bagaimana ia berusaha untuk memperkaya diri, meneguk ilmu sedalam-dalamnya agar terus-menerus dapat melakukan amal, yakni berbagi ilmu melalui tulisan-tulisannya. 

Menandai perjalanan hidup ke 60 dengan menerbitkan buku ini, Ons Untoro bolehlah merasa bahagia dan bersyukur karena ia dapat berbagi ilmu kepada semua sahabat dan generasi kemudian. Selama 60 tahun perjalanan, ia telah berusaha untuk senantiasa membaca tanda dan mengisahkan maknanya. 


Indro Suprobo

Editor