Skip to main content

Kepak Sayap Waktu, 100 PUISI Sastra Bulan Purnama 49 Penyair



 Sebanyak 100 puisi dari 49 penyair, yang terkumpul dalam antologi puisi Kepak Sayap Waktu ini berkaitan dengan pameran seni rupa, yang diberi tajuk Mozaik Kehidupan karya Yeni Fatmawati, dan angka 49, menunjuk jumlah penyair dari berbagai kota di Indonesia sekaligus untuk menandai usia Yeni Fatmawati, yang di bulan Januari 2020 genap 49 tahun. Jadi, Kepak Sayap Waktu ini adalah upaya untuk memaknai hari kelahiran Yeni Fatmawati, agar menjadi peristiwa budaya, sehingga tiga kegiatan dilakukan. Pertama penulisan dan penerbitan buku puisi. Kedua, peluncuran buku puisi, dan ketiga, pameran seni rupa. Tiga kegiatan tersebut diletakkan dalam Sastra Bulan Purnama, yang diselenggarakan secara rutin setiap bulan, yang sudah memasuki edisi 100, sehingga 100 puisi adalah untuk menunjukkan dari edisi Sastra Bulan Purnama.

Kita memilih 49 penyair, dari usia yang berbeda-beda untuk menulis 2 puisi. Satu puisi bertema Mozaik Kehidupan dan satu puisi lainnya tema bebas. Karena dimensi ruang tema begitu luas, penyair lebih leluasa untuk menafsirkan. Ada beberapa penyair yang menulis puisi dan diberi subjudul untuk Yeni Fatmawati. Ini artinya, puisi tersebut dikhususkan untuk Yeni.

Namun tidak sedikit, puisi ditulis secara lebih bebas, tetapi tidak keluar dari tema yang diberikan. Dalam kata lain, puisi-puisi dalam berbagai judul adalah cara setiap penyair untuk menafsirkan tema yang diberikan, dan masing-masing memahami secara berbeda. Saya kira, meski tidak menyebut atau menuliskan ‘untuk Yeni Fatmawati’ puisi-puisi dalam tema ‘Mozaik Kehidupan’ diperun-tukkan baginya.

Dari peristiwa budaya ini, yang memberi ruang interaksi antara sastra, seni rupa dan musik jazz, kiranya merupakan bentuk silatu-rahmi antar seniman dari jenis disiplin seni yang berbeda-beda.

Penyair yang puisinya masuk dalam antologi puisi ini masing-masing sudah saling mengenal dan sering berinteraksi. Mereka sudah lama bergumul dengan puisi, bahkan sudah puluhan tahun. Namun. ada juga yang baru mulai menulis puisi tahun 2000-an, atau ada juga yang sudah lama bergulat dengan puisi, dan agak lama berhenti, tetapi kemudian kembali menulis puisi.

Ragam tema puisi adalah upaya memahami apa yang dimaksud mozaik kehidupan, dan masing-masing penyair menuliskannya sesuai pengalaman hidupnya. Bentuk puisinya tidak tunggal, meski kebanyakan bersifat liris, namun ada juga yang menggunakan pola naratif, menggunakan kalimat panjang seolah sedang bercerita. Pilihan bentuk puisi tidak mengikat, dan kita selalu memberi ruang terhadap semua pilihan, karena masing-masing pilihan mempunyai hak yang sama untuk tumbuh dan berkembang.

Puisi untuk ulang tahun berbeda dengan puisi yang diperun-tukkan sesuatu hal yang lain, meskipun sama-sama diperuntukkan. Puisi ulang tahun sifatnya personal, dan setidaknya penyair pernah berinteraksi dengan yang seseorang yang sedang berulang tahun, atau minimal tahu, meski, mungkin, tidak mengenalnya secara mendalam terhadap yang bersangkutan. Lain lagi dengan puisi yang diperuntukkan untuk antikorupsi, karena temanya pasti akan dikapling di area itu, atau juga puisi anti teroris, temanya su-dah dibingkai, dan tidak bisa keluar dari tema. 

Anggap saja, ‘Kepak Sayap’ adalah persahabatan antar penyair dari berbegai kota dan dari segi usia yang berbeda-beda. Semuanya saling bersilaturahmi melalui puisi, dan dikhususkan untuk seo-rang penyair yang lain, dan kebetulan sedang berulang tahun. Jadi, dalam konteks ini puisi adalah bentuk lain dari apa yang sering di-ucapkan sebagai selamat ulang tahun kepada sahabatnya.

Dan melalui puisi, ucapan itu menjadi terasa puitis dan memiliki dimensi makna.


Adri Darmadji Woko

Naning Pranoto

Ons Untoro