Skip to main content

Sepatu Ukuran Kupu

 



Di kalangan penyair Yogya, meskipun lama tidak muncul di publik, nama Fauzie Absal sudah cukup dikenal, lebih-lebih penyair seangkatannya, atau penyair yang mulai tumbuh tahun 1980-an. Fauzie menulis puisi sudah sejak tahun 1970-an. Pada tahun itu di Yogya ada satu komunitas yang dikenal dengan nama Persada Studi Klub, atau sering disingkat PSK, asuhan Umbu Landu Paranggi, yang sekarang bermukim di Bali. Puisi-puisi Fauzie di masa PSK pernah masuk Sabana. Penyair muda yang tumbuh di era media sosial, kiranya juga mengenal nama Fauzie Absal.

Di Persada Studi Klub, Fauzie seangkatan Emha Ainun Najib, Sutirman Eka Ardhana, (alm) Linus Suryadi AG., (alm) Slamet Riyadi Sabrawi, dan sejumlah penyair lainnya, yang kemudian meninggalkan Yogya, dan memilih Jakarta sebagai tempat untuk mengembangkan karier kepenyairannya. Bebe-rapa nama disebut di atas, sampai akhir hayatnya masih tetap tinggal di Yogya.

Fauzie sehari-harinya bekerja sebagai pengrajin sepatu, terkadang juga menerima terjemahan dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, atau sebaliknya. Sebagai pengrajin sepatu, Fauzie sangat tekun, bahkan dalam pengakuannya dia menik-matinya. Mungkin karena dia menghayati pekerjaannya, para pemesan sepatu buatannya merasa puas. Karena hasilnya ba-gus dan kuat, serta enak dikenakan di kaki.

Pengrajin sepatu adalah jalan hidupnya yang ditekuni sam-pai kini. Fauzie Absal sudah tidak tinggal di Lempuyangan, rumah tinggalnya dulu. Tempat tinggalnya berpindah-pin-dah, sehingga susah dicari di mana dia tinggal, membuat sahabatnya kesulitan menemukannya. Hanya kadang tiba-tiba nongol, dan menyebutkan daerah di mana dia tinggal kepada teman-temannya, tetapi tak lama kemudian dia tidak pernah kelihatan, dan tempat tinggalnya tidak lagi diketahui, Fauzie sudah pindah rumah lagi.

Sekarang di tahun 2021, Fauzie Absal tinggal di Pundong. Ia mengontrak rumah bersama anaknya untuk jangka waktu satu tahun, dan baru berjalan beberapa bulan. Jadi kemung-kinan untuk pindah tempat tinggal masih ada.

Yang mengagumkan, di manapun dia tinggal, ia masih terus menulis puisi, meskipun tahu, tidak banyak lagi surat kabar yang memberi ruang untuk puisi. Ketika Fauzie menemui penerbit, selain membawa lukisan, ia juga membawa sejumlah puisi karyanya yang terbaru. Ia merasa perlu puisi-puisinya diterbitkan, supaya publik tahu, bahwa dirinya masih terus menulis puisi, meskipun sangat jarang berinteraksi dengan teman-temannya.

Fauzie memang sudah banyak menulis puisi, celakanya dia lupa di mana menyimpan puisinya yang sudah dijilid dan difoto-copy. Mungkin karena dia sering pindah-pindah rumah. Hari-harinya tak bisa dilepaskan dari membuat sepatu dan menulis puisi. Aktivitas itu disebutnya sebagai jalan hidup yang indah dan menyenangkan.


Sepatu Ukuran Kupu

Puisi-puisi karyanya, yang ditulis tahun 2020 baru kali ini diterbitkan menjadi buku puisi tunggal karyanya. Karena selama dia menulis puisi belum memiliki buku kumpulan puisi karyanya sendiri. Biasanya dia menulis buku kumpulan puisi bersama sejumlah penyair lainnya. Kebetulan bulan Maret 2021 usia Fauzie genap 70 tahun. Untuk menandainya, buku puisi karyanya diterbitkan, dan diambil 70 puisi sesuai usianya. Fauzie banyak menulis tentang sepatu dan kupu-kupu. Mungkin karena pekerjaan dia selama ini yang ditekuni sebagai pengrajin sepatu, dan merupakan jalan hidupnya yang dipilih, maka eksplorasi mengenai sepatu adalah cara untuk menuliskan kisah hidupnya, yang betul-betul dia nikmati. Ketika diajak berbincang mengenai proses membuat sepatu, dengan senang hati Fauzie menjelaskan. Pekerjaan sebagai pengrajin sepatu sudah dijalani puluhan tahun, di tengah kesibukannya sebagai pengrajin sepatu, ia selalu meluangkan waktu untuk menulis puisi. Keduanya dijalani dengan senang hati.

Pekerjaan yang dia jalani itu dia terima sebagai berkah, yang memang harus terus dijalani, setidaknya seperti salah satu puisinya yang berjudul, SEPATU (satu) dan judul-judul sejenis lainnya. Kita kutipkan puisi tersebut:


SEPATU (satu)


Tuhan

Aku buatkan 

Sepasang sepatu untukMu

Sederhana bersahaja gaya modelnya

Tak usah bayar gak papa

Asal berkahMu mengalir selalu


2020


Puisi di atas menuliskan kehidupannya, yang dianggapnya sebagai berkah. Karena itu, dia menjalaninya dengan sepe-nuh hati, dan tanpa mengeluh. Sebab memang itulah jalan hidupnya. Judul puisi yang lain, sepatu seri berikutnya, memberikan gambaran bahwa, jalan hidupnya itu betul-betul dia terima, bukan sebagai keterpaksaan, melainkan sebagai ‘berkahMu’.

Dan kupu-kupu adalah keindahan kehidupan, sehingga dia merasa perlu menulis mengenai kupu-kupu bukan (hanya) sebagai binatang jenis serangga, tetapi sebagai keindahaan kehidupan. Apalagi kita tahu, tidak ada kupu-kupu yang menggigit sebagaimana binatang jenis serangga lainnya.

Maka, berbagai kisah mengenai kupu-kupu ditulis dalam bentuk puisi sebagai narasi keindahan hidupnya.

Karena sepatu dan kupu-kupu mengalir melalui puisi-puisinya, maka buku puisi karya Fauzie Absal ini diberi judul ‘Sepatu Ukuran Kupu’.

Sebelum menutup tulisan ini, penerbit, dan tentu saja ju-ga Fauzie Absal, mengucapkan banyak terimakasih kepada Yuladi, yang telah menyelamatkan data puisi Fauzie di hardisk laptopnya yang rusak, dan tidak bisa hidup lagi, sehingga pui-sinya bisa diterbitkan. Kepada Vincensius Dwimawan, yang menyiapkan gambar cover dan drawing untuk kelengkapan biodata. Tak lupa, terimakasih disampaikan kepada Tedi Kus-yairi, seorang penyair muda dan pegiat sastra di Bantul, yang dengan senang hati menemani Fauzie Absal.

Akhirnya silahkan menikmati puisi-puisi Fauzie Absal.

Editor