Skip to main content

Suriname di Mata Diplomat, Sisi Imigran Jawa

 



Saya tidak menyangka kalau suatu saat akan bertugas ke  Suriname. Suriname merupakan kata yang tidak asing lagi, karena ada Mas Sumitro, mahasiswa IKIP Sanata Dharma yang indekos di rumah pada waktu kecil di Yogyakarta. Mas Sumitro lahir di Suriname dan ikut orangtuanya kem-bali ke Indonesia dalam rombongan program repatriasi ta-hun 1954. Rombongan yang berjumlah 1000 orang Jawa Suriname ini ditempatkan oleh pemerintah Indonesia di Tongar, Sumatera Selatan. Sejauh saya tahu, tidak banyak buku mengenai Suriname yang ditulis oleh orang Indonesia, yaitu hanya buku berjudul “Indonesia” pada Pantai Lautan Atlantik, karangan Dr. Yusuf Ismael terbitan 1954 dan “The Javanese in Suriname: ethnicity in an ethnically plural society“ ditulis oleh Dr. Parsudi Suparlan terbitan pertama tahun 1976 dan terbitan terakhir tahun 1995. Berbeda dengan kedua buku yang bersifat ilmiah tersebut, buku ini lebih bernuansa human interest sesuai dengan interaksi saya dengan berbagai komunitas di Suriname, sebagai hasil jepretan-jepretan lepas (snapshots) ketika bertugas di Suriname. Lebih lanjut, buku ini juga mencoba mengungkapkan pemahaman saya atas perkembangan hubungan kedua negara yang terjalin sejauh ini. Tentu keberadaan etnis Jawa di Suriname mempunyai nilai tersendiri, terlebih ikatan kesejarahan mereka dengan tanah leluhur. Oleh karenanya buku ini juga merupakan ungkapan terima kasih saya atas kesempatan untuk mengenal langsung kehidupan masyarakat Jawa di Suriname dalam penugasan sebagai duta besar dari Desember 2014 sampai dengan Desember 2018. Tentu apresiasi disampaikan kepada sahabat-sahabat saya, Ibu Hariëtte Mingoen, Mbak Binny Buchori, Prof. Titik Pudjiastuti, Mas Trias Kuntjahyono, Mas Agustinus Wibowo, Dr Marciano Dasai, dan Bro Anton Mart Irianto atas testimoninya yang sangat memperkaya. Ucapan terima kasih juga diucapkan kepada Mas Sugeng Wiyono dengan pengalamannya sebagai wartawan dan penulis, yang telah menyunting dan memberikan saran untuk penerbitan buku ini. Akhirnya, buku ini saya dedikasikan untuk istriku, Anie, atas dukungan dan pengertian menjalani kehidupan keluarga diplomat. Ini juga sebagai ungkapan syukur melepas kedua anak kami yang mulai dan akan menjalani hidup berkeluarga, Reetta dengan Bimo di awal Januari 2021 dan Ninda dengan Gerry di akhir Mei 2021. 

Kiranya buku ini cukup pantas untuk menambah kasanah pustaka meskipun jauh dari sempurna, dan meski-pun kecil, dapat menjadi sumbangan bagi kehidupan imi-gran Jawa di Suriname. 


D. Supratikto