Skip to main content

Kembang Belukar

 



Kembang Belukar merupakan antologi puisi karya Yuliani Kumudaswari yang ke sekian kalinya. Ini menunjukkan bahwa Yuliani merupakan penyair yang produktif dan setia menulis puisi. Kembang  Belukar ini berisi 100 buah puisi yang semuanya merupakan cara bagaimana penulisnya membaca pengalaman yang dijumpainya, merefleksikannya, dan menuangkannya dalam pilihan-pilihan kata figuratif yang mengasyikkan dan matang. Se-luruh tangkapan tentang pengalaman itu diungkapkan dengan me-ngambil tema kembang atau bunga sebagai pilihan figuratifnya. 

Ketika membaca antologi puisi yang terdiri dari seratus buah karya ini, pembaca dapat menemukan dan merasakan betapa proses kreatif dalam penulisan puisi ini sungguh luar biasa. Ini merupakan usaha yang tidak mudah. Menarasikan pengalaman unik tertentu dengan pilihan kata figuratif bertemakan kembang atau bunga, bukanlah proses yang mudah. Ini menuntut imajinasi yang luar biasa dan kreativitas asosiatif yang sangat serius. Menariknya, pilihan-pilihan kata figuratif dan asosiatif itu mengalir sedemikian lancarnya dan terasa menarik, tanpa muncul kesan adanya pe-maksaan. Dalam beberapa puisi, pembaca dapat menemukan inti figuratif dari makna yang hendak disampaikan itu berada di tengah-tengah paragraf secara sangat menonjol. Namun, beberapa puisi membutuhkan proses perenungan untuk dapat menarik inti figuratifnya setelah membaca sampai akhir paragraf. Ada yang asosiasinya cenderung mudah ditangkap, namun ada pula yang membutuhkan perenungan dan pengulangan pembacaan sambil menikmati pilihan-pilihan asosiasi atau figurasi yang mengalir itu sehingga merasakan dan menemukan isi pengalaman yang diung-kapkannya. 

Seratus puisi yang terhimpun dalam antologi Kembang Belukar ini mencerminkan kedalaman dan kematangan penulisnya da-lam meramu, mengolah, dan menyuguhkan pengalaman dalam bentuk puisi. Kematangan dan kedalaman itu tercermin dalam relasi-relasi pilihan kata dan asosiasi yang mengalir lancar, mem-bangkitkan imajinasi, mengajak pembaca untuk masuk dalam figurasi yang dibangunnya itu, dan menenggelamkannya ke dalam arus pengalaman yang tercipta.

Tentu saja, ketika telah menjadi teks, puisi-puisi yang ditulis oleh Yuliani ini telah lepas dari pengarangnya dan menjadi mandiri sehingga para pembaca dapat menemukan makna dan pengalaman baru dari figurasi-figurasi yang dibangunnya, yang barangkali sangat berbeda dari apa yang pada awalnya dimaksudkan oleh penulisnya. Semuanya itu sangat mungkin, sah, wajar, normal dan alamiah. Antologi Puisi ini memungkinkan dirinya untuk mem-produksi makna baru melalui para pembacanya.

Semoga antologi puisi Kembang Belukar ini sungguh dapat menjadi mediator bagi para pembaca untuk menyelami penga-laman-pengalaman yang tersirat di dalamnya dan menemukan makna-makna baru, yang sekaligus melahirkan imajinasi, kreati-vitas dan asosiasi alternatif.

Selamat membaca.


Indro Suprobo & Ons Untoro