Skip to main content

Melukiskan dan Mengidungkan Keindahan di Kedalaman

 


Judul: Tunjung Hati, 100 Soneta Yuliani Kumudaswari
Penulis: Yuliani Kumudaswari
Editor: Indro Suprobo & Ons Untoro
Penerbit: Tonggak Pustaka Yogyakarta
Ukuran: 14 x 20 cm, viii + 76 hlm
Terbit: Desember 2022


Adalah Yuliani Kumudaswari, penyair perempuan yang tak pernah henti menulis puisi. Seolah-olah, melahirkan puisi telah menjadi nafas hidup. Ia bergerak, mengalir, meluber dan tumpah sebagai pilihan-pilihan kata yang terolah.

Tahun ini, sonetta menjadi pilihan gaya penulisannya. Seratus buah sonetta disusunnya dalam perjalanan waktu yang panjang dan berjeda. Melaluinya, ia mencermati seluruh peristiwa, mencatat pernak-pernik kecil yang menyuguhkan makna, menyelaminya sebagai pesan-pesan penting yang mendidik, menumbuhkan dan menguatkan jiwa, mengendapkan semua buih hingga tersisa jernih, dan melarutkan kekeruhan hingga menemu kebeningan, lalu semuanya menjadi luberan yang siap untuk dibagikan.

Menulis puisi dengan gaya sonetta bukanlah hal yang sederhana. Selain menuangkan pilihan kata dalam 14 baris sebagai karakter gaya, dituntut pula kesanggupan untuk menyelaraskan nada dan suara sehingga keseluruhannya menjadi seumpama partitur orkestra berirama. Pada akhirnya, membaca atau mendengarkan pembacaan sonetta itu seumpama membaca atau mendengarkan untaian kata yang tertata dalam gramatika verba Latina atau Italia. Indah, memesona, berlagu dalam kata-kata.

Dalam perjalanan tahun ini, Yuliani Kumudaswari telah berupaya menapaki titian ini. Ia telah berupaya melukiskan dan mengidungkan semua keindahan yang ia temukan di kedalaman, sebagai buah yang dipetik dari suburnya pepohonan kehidupan. Pantaslah dipahami jika ia menyematkan judul bagi karya seratus sonetta tahun ini "Tunjung Hati". Yuliani Kumudaswari telah sanggup membaca jejak-jejak dalam semua peristiwa, mencermati dan memilih cara menyikapi sehingga ia sanggup menemukan semua yang tersembunyi di antara keriuhan, yakni semua hal yang memekarkan dan mengindahkan hati. Itulah Tunjung Hati, yang indah dan mekar di kedalaman diri. 

Selamat membaca. 


Indro Suprobo dan Ons Untoro