Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2023

Amuk Kambing Hitam

  Cerpen: Ari Basuki   Pernahkah kau mengamati kambing yang hendak disembelih? Mungkin pernah, mungkin belum, tetapi dengarkanlah cerita ini . Pada suatu pagi ada dua ekor kambing yang hendak disembelih. Kambing pertama berbulu hitam, kambing kedua berbulu putih. Ah, warna bulu tidaklah penting. Tetapi lihatlah wajahnya, gerak-geriknya, ekspresinya. Kambing yang berbulu putih tampak tenang, wajahnya begitu damai. Sedangkan kambing yang berbulu hitam kelihatan begitu resah, ia berusaha melepaskan diri dari tali yang mengekang lehernya. “Mengapa engkau gelisah?” tanya si kambing putih. “Aku tidak mau mati dengan cara begini” jawab si kambing hitam. “Aku sudah mendengar percakapan mereka, bahwa kita berdua akan disembelih. Daging kita akan dimasak jadi gulai, dalam rangka hajatan si tuan rumah yang merayakan kelahiran anak lelakinya.” “Namun kita tidak bisa melawan takdir ini.” “Ini suatu kekejaman. Mereka bergembira karena kelahiran anaknya, tetapi mengapa kita yang dikorban

Sebidang Kalang Sejengkal Bumi

Cerpen Yonas Suharyono   PULANG kampung sejatinya menjadi hak semua orang, apalagi jika masih memiliki rasa kangen dan ada rasa ikatan batin dengan tanah tumpah darahnya. Kampung halaman selalu menjadi daya tarik seseorang untuk melakukan perjalanan jarak jauh, meskipun orang itu sudah mapan hidup di tempat lain. Begitu juga yang dirasakan Kasdu belakangan ini. Namun keinginan pulang kampung halaman itu selalu mendapatkan penolakan dari teman dan kerabatnya sesama transmigran dari daerah yang sama. Dia sudah empat puluh tahun merantau di tanah orang, jauh dari pandang pada peta ilmu bumi yang didapatkannya waktu sekolah dasar di kampungnya. Pada sepetak tanah   warisan orang tua yang cukup menorehkan kenangan betapa sebidang kalang sejengkal bumi adalah sesuatu yang sangat berharga meskipun tak menghasilkan apa-apa. Kemarau panjang tahun 1975 adalah kemarau terakhir dia menjejakkan kaki di bumi kelahirannya, kampung Sawur yang berada di lereng bukit Penggung. Tanah gersang it

Hariono dan Anaknya

Foto by Arief Sukardono  Cerpen Ons Untoro      Duduk di ruang keluarga, Hariono melihat berita televisi yang mengabarkan demonstrasi di Yogya dan kota-kota lain, termasuk di Malang, Solo, Bandung dan Jakarta. Hariono tersenyum melihat berita televisi, mengabarkan seolah betapa gentingnya peristiwa demonstrasi mahasiswa, yang sejak Indonesia merdeka selalu tidak sepi dari demonstrasi, sehingga dikenal beberapa angkatan gerakan mahasiswa, dari angkatan 66 sampai angkatan 98.      Yonas, anaknya baru saja pulang dan setelah mandi ikut duduk di ruang keluarga melihat berita televisi. Yonas, seorang mahasiswa perguruan tinggi di Yogya, dan sudah semester 5. Ia mengamati berita-berita demonstrasi di televisi, mungkin sambil mencari-cari wajahnya, siapa tahu sempat tersorot kamera ketika ikut demonstrasi di   Yogya.        “Kamu tadi ikut demo, Yon?” tanya Hariono        “Iya dong, satu angkatan banyak yang ikut” jawab Yonas mantap.        “Baguslah kalau kamu mau ikut demo, tapi jan

Landung dan Kawan-Kawan di Gunung Kelir

  Cerpen Ons Untoro      Sekitar pukul sembilan pagi aku   meninggalkan rumah. Bukan hendak pergi kerja, tetapi untuk mengunjungi satu tempat petilasan, yang di tubuhku ada terciprat sedetik sejarah, tetapi sama sekali tidak ada pertalian darah. Lepas. Dan aku tidak tahu, kenapa ada cipratan sejarah pada namaku.         Akhirnya sampai juga aku ke makam Ratu Malang. Gunung Kelir memang tidak tinggi. Tidak seperti umumnya gunung, tapi hanyalah bukit. Gunung Kelir hanyalah nama. Bukan gunung sebagaimana gunung Merapi atau Merbabu, yang susah untuk ditempuh sampai di puncak. Sebagai lokasi, Gunung Kelir tidak beda jauh dengan Gunung Tidar di Magelang. Aku memang pernah mendaki Gunung Tidar sampai ke puncak. Persis di bawah bendera yang berkibar di Gunung Tidar.       Bersama dengan tiga orang teman, aku pergi ke Gunung Kelir. Tiga orang teman ini adalah seniorku di bidang kebudayaan dan spiritualitas. Aku memang akrab pada ketiga orang itu. Ketiga teman itu adalah, Landung Rusyanto,