Skip to main content

Hariadi Saptono di Antara Sahabat


 

Judul Buku: Hariadi Saptono di Antara Sahabat
Penulis: Yunanto Sutyastomo et.al
Editor: Ons Untoro, Bambang Sigap Sumantri
Penyelaras Akhir: Indro Suprobo 
Kurator Fotografi: Eddy Hasbi
Gambar Cover: Vincensius Dwimawan
Isi: 14 X 20 cm, viii + 144 hlm 
Cetakan Pertama: April 2023
Penerbit: Tonggak Pustaka


Pengalamannya menjadi guru inilah yang mewarnai cara Pak Hariadi--ketika mendapat kepercayaan sebagai Kepala Biro Harian Kompas DIY dan juga Jateng, serta Editor Nusantara dan Humaniora--mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi para wartawan muda dan calon wartawan.

 Ia disiplin. Tegas. Keras. Teliti. Perfectionist. Begitulah, Pak Guru Hariadi. Kadang yang tidak tahu akan menganggap Pak Guru ini kaku, keras, dan tak kenal kompromi. Ia memang tidak kenal kompromi pada ketidak-jujuran, pada kemalasan, pada wartawan yang kurang mau berusaha, yang tidak profesional, dan yang cepat merasa cukup serta mapan. 

Tetapi, Pak Guru Hariadi  tetaplah pribadi yang baik hati, murah hati, ringan tangan membantu “anak didiknya” untuk maju. Ia akan sangat sedih dan merasa gagal bila “anak didiknya” atau anak buahnya, tidak maju-maju, tidak menunjukkan karya seperti yang diharapkannya. Bahkan mengingkari “ajaran” yang telah diberikan. 

Maka, tak henti-hentinya ia terus memberi semangat para wartawan muda untuk maju, untuk berprestasi, untuk selalu setia ngugemi nilai-nilai keutamaan hidup. Pak Guru Hariadi tidak hanya ngomong, tetapi memberi contoh turun ke lapangan dan menulis, juga memraktikkan keutamaan-keutamaan hidup dalam hidup kesehariannya.

(Trias Kuncahyono, Mantan Wapenred Kompas, Dubes RI untuk Vatican)


Sampai dipanggil Tuhan pada 4 Mei 2022 dalam usia 65 tahun, saya pertama-tama mengenal Hrd sebagai guru yang tangguh, tekun, dan terlibat langsung dalam upaya membentuk karakter dasar seorang jurnalis. Jika para muridnya menjulukinya sebagai “guru yang sadis” saya memahami itu sebagai upaya ketekunan dan keseriusannya dalam mengamalkan prinsip dasar Kompas, menanamkan nilai-nilai “humanisme transendental”. “Kesadisan” tak perlu diartikan sebagai pembunuhan karakter, tetapi lebih sebagai upaya mendapatkan jurnalis-jurnalis yang tahan banting di lapangan dan mahir dalam dunia tulis-menulis. 

(Putu Fajar Arcana, wartawan Kompas 1994-2022)