Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2023

Tuah Si Kembar

  Cerpen Kurnia Effendi   Aku dan Halimun sudah berlari sangat jauh. Hanya karena takut yang kelewat batas membuat kakiku demikian kuat. Tak kupikirkan lagi pelbagai rintangan yang membikin sejumlah luka pada tubuhku. Aku bahkan merasakan pakaianku sudah mendekati compang-camping karena tersangkut duri, ranting, beberapa kali pula tergores bebatuan tajam yang menjorok di dinding tebing. “Aku tidak kuat lagi,” kataku dengan napas nyaris putus. Halimun yang berada sekian langkah di depanku menoleh dan berhenti. Ia sama sekali tak terlihat ngos-ngosan. Hanya ada titik-titik keringat di kening, leher, dan sebagian punggung, rembes ke pakaiannya.    “Jadi, apa pilihanmu?” Halimun mendekatiku. “Mereka mencari nama Marmudi! Kamu satu-satunya pemilik darah ungu yang akan disembelih sebagai obat sang raja lalim yang sedang sakit.” “Kita sudah delapan jam berlari tanpa henti. Bala tentara mereka takkan melanjutkan pengejaran.” Aku bukan hanya duduk, melainkan terkapar oleh letih yang

Aku, Paku dan Papan Kayu

  Cerpen : Anto Narasoma   KETIKA paku itu menusuk ke daging kayu, tak ada suara protes dan teriakan kesakitan. Namun fakta itu jelas telah melukai kayu sebagai korbannya. Namun yang perlu kita tanyakan adalah fungsi kedua materi dari persoalan itu. Paku dibentuk dengan format besi dan memiliki ketajaman di matanya. Sedangkan papan, dibentuk dari kayu gelondong untuk difungsikan sebagai dinding rumah. Namun ketika akan direkatkan, tubuhnya harus ditembus paku. Begitu pilunya hati papan kayu ketika lapisan dagingnya secara paksa ditembus ketajaman mata paku. Setelah keduanya menyatu, papan kayu menyatakan kesedihannya. "Kau begitu tega melukai tubuhku. Kau tak pernah mendengar jeritanku, ketika secara perlahan kau tembus dagingku," ujar papan kayu sembari berurai air mata. Paku tak menjawab. Sebenarnya ia tak tega menyakiti siapa pun. Di dalam hatinya, paku merasa sangat berdosa telah melukai papan kayu. "Maafkan aku, papan kayu. Di hatiku, tak sedikit pun

Homo Narratio Homini

  Judul Buku: Cerita tentang Kawan, Antologi Cerpen Penulis: Ons Untoro et.al Editor: Indro Suprobo, Ons Untoro Gambar Cover: Meuz Prast Isi:  14 X 20 cm, vi + 188 hlm  Cetakan Pertama: Mei 2023 Penerbit: Tonggak Pustaka Cerita adalah cakrawala yang memungkinkan manusia memasuki pengalaman-pengalaman yang senantiasa terbuka. Ketika manusia sedang membangun cerita, ia sedang merangkai cakrawala, melampaui diri sendiri, meninggalkan batas-batas, dan menyelami ruang-ruang yang lebih luas. Cerita yang dibangun oleh manusia adalah kemungkinan-kemungkinan yang senantiasa menyediakan pilihan. Cerita tentang Kawan , sebagai kumpulan cerita pendek yang ditulis oleh kawan-kawan, dan yang bercerita tentang kawan-kawan, adalah cakrawala luas yang memberi kemungkinan untuk memasuki beragam pintu pengalaman. Semuanya adalah cara berbagi yang memungkinkan setiap orang untuk saling menumbuhkan dan memperluas diri. Namun ada hal utama yang barangkali tak boleh terlupa. Cerita adalah perluasan dan artik

Bulan Purnama di Museum Sandi

  Kali ini, Sastra Bulan Purnama (SBP) edisi 139 akan diisi sastra Jawa, yakni peluncuran buku kumpulan cerkak (cerita cekak) karya Bu Ageng Cicit, nama lain dari Cicit Kaswami. Kumpulan cerkak ini akan dibacakan oleh para pembaca sastra, yang seringkali mementaskan sastra Jawa melalui komunitas ‘Kembang Adas’, satu komuntas yang dipimpin oleh Cicit Kaswami. Sastra Bulan Purnama edisi 139 ini akan diselenggarakan Sabtu, 15 April 2023 Pkl. 15.00 di Museum Sandi, yang terletak Jl. Faridan M Noto No.21, Kotabaru, Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55224. Atau di utara Raminten dan Balai Bahasa Yogyakarta, atau sebelah barat SMA Stella Duce 1, Kotabaru, atau juga sebelah selatan ban-ban Gondolayu. Satu buku kumpulan cerkak, yang berjudul ‘Wit Tanjung Ngiringan Omah’ akan dibacakan oleh Landung Simatupang, seorang aktor teater dan pemain film, Patah Ansori, pemain Teater Gajah Mada, Ami Simatupang, pemain teater Stemka dan para pembaca lain seperi Lia Pasca

Gusti

  Cerpen: Krishna Miharja   “Kamu harus menjemputku sekarang juga!” “Hiya, tapi… siapakah anda?” dengan sabar lelaki kurus itu tetap menempelkan hand phone di telinga sambil mondar-mandir di teras rumah. Sebagai seorang tukang ojek pasaran, kesabaran adalah awal rejeki. Ada saja ulah pelanggan yang kadang cukup menyakitkan hati, misalnya dengan membayar kurang dari yang disepakati semula. Atau kadang ada juga yang ternyata rutenya jauh dari yang digambarkan semula. Ada yang memaksanya cepat-cepat segera dijemput seperti saat ini, dan biasanya adalah pelanggan setia yang nomer teleponnya sudah tercatat. “Jek, si Tukang Ojek, kamu kira aku akan menipumu?!” suara orang di telpun itu terdengar sedikit tertawa. “Maaf,   nomer anda terhapus dari hape saya. Jadi saya lupa. Maaf..!” “Baik, Jek. Aku adalah saudaramu… bahkan lebih dari sekedar saudaramu. Segera saja ke stasiun, aku tidak suka menunggu terlalu lama.” “Saudara saya?!” lelaki di teras itu kaget, karena dia hanya me

Dinda, Kekasih Masa Laluku

  Cer pen: Agus Suprihono   Aku tidak ingin bertemu dengan Dinda. Aku hanya ingin melihatnya. Dan aku tidak ingin dia melihatku. Aku hanya ingin memastikan bahwa ia dalam keadaan sehat, gembira hati dan perasaannya. Meskipun tentu saja, karena rasa kangenku yang kupendam selama puluhan tahun. Bagiku, cukuplah sekedar memandangnya tanpa berkeinginan untuk mengusik kehidupannya. “Kenapa tidak ingin bertemu denganku?” Tanya Dinda di boks pesan waktu itu. Aku tidak menjawab pertanyaan itu. Aku tidak ingin jika kami bertemu kemudian cintaku bangkit dari tidur lamanya dan tak bisa kuninabobokkan lagi. Aku tak bisa membayangkan mencintai perempuan yang telah bahagia bersama laki-laki lain. Betapa menyiksanya itu. Menemukan Dinda kembali, aku seperti menemukan hidupku yang hilang. Meski hanya sebuah nama di akun jejaring sosial dan kemudian foto long shot yang buram pada awalnya. Tetapi akhirnya memang dia yang kurindukan selama duapuluh tahun lebih. Seorang perempuan yang berhasil