Kumpulan
cerpen yang berjudul ‘Cerita tentang Kawan’, diterbitkan Tonggak Pustaka, karya
dari cerpenis yang tinggal di beberapa kota, akan diluncurkan di Sastra Bulan
Purnama edisi 140, Sabtu, 20 Mei 2023,
pkl. 15.00 di Museum Sandi Jl.
Faridan M Noto No.21, Kotabaru, Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta 55224. Atau di utara Raminten dan Balai Bahasa Yogyakarta,
atau sebelah barat SMA Stella Duce 1, Kotabaru, atau juga sebelah selatan ban-ban Gondolayu.
Setyo
Budi Prabowo, Kepala Museum Sandi menyebutkan, bahwa museum sandi terbuka
terhadap kegiatan sastra, karena sesungguhnya, demikian kata Setyo, museum
Sandi bisa dimasukan di area pengembangan literasi.
“Sastra
dan koleksi museum saling bisa mengisi dan menginpirasi” kata Setyo Budi
Prabowo.
Para penulis cerpen ini datang dari kota yang berbeda, Anto Narasoma (Palembang), Dewi Anggraeni (Australia), Kurnia Effendi, Lies Wijayanti SW, Dyah Ariani SW (Jakarta), Yonas Suharyono (Cilacap), penulis lain tinggal di Yogyakarta: Aris Basuki, Agus Suprihono, Bey Saptama, Dhanu Priya Prabawa, Meuzt Prast, Ninuk Retno Raras, Ons Untoro, Krishna Miharja daam Margareth Widhy Pratiwi, Yuliani Kumudaswari. Sastra Bulan Purnama edisi 140 ini bertajuk: “Cerita tentang Kawan di Bulan Purnama”.
Cerpen dalam buku ini, sebelum diterbitkan, ditayang di website tonggakpustaka.com, setiap hari Selasa. Di bulan Mei ini, diterbitkan untuk diluncurkan di Sastra Bulan Purnama. Penerbitan ini bekerjasama dengan PT. Luas Birus Utama.
Menurut Indro Suprobo, editor buku cerpen ini, Cerita tentang Kawan, sebagai kumpulan cerita pendek yang ditulis oleh kawan-kawan, dan yang bercerita tentang kawan-kawan, adalah cakrawala luas yang memberi kemungkinan untuk memasuki beragam pintu pengalaman. Semuanya adalah cara berbagi yang memungkinkan setiap orang untuk saling menumbuhkan dan memperluas diri.
“Namun ada hal utama yang barangkali tak boleh terlupa. Cerita adalah perluasan dan artikulasi dari diri manusia sendiri. Cerita-cerita yang dibangun oleh manusia, sebenar-benarnya adalah artikulasi manusia tentang siapa dirinya. Meskipun menghadapi pengalaman-pengalaman yang barangkali sama, cerita-cerita yang dibangun oleh setiap manusia tentangnya, selalu memiliki kemungkinan untuk berbeda dan tak pernah persis sama. Itulah tanda-tanda dari keunikan manusia”, ujar Indro Suprobo
Ons
Untoro, koordinator Sastra Bulan Purnama mengatakan, selama ini puisi dan
cerpen secara bergantian mengisi Sastra Bulan Purnama yang diselenggarakan
setiap bulan. Karena biasanya, penyair sekaligus cerpenis, atau setidaknya
selang seling antara menulis puisi dan cerpen.
“Meskipun
selama ini, Sastra Bulan Purnama lebih sering menampilkan pembacaan puisi
ketimbang pembacaan cerpen”, ujar Ons Untoro.
Beberapa cerpenis akan membacakan puisi karyanya, atau membacakan cerpen karya orang lain, seperti Bey Saptama, penulis novel sastra Jawa dan pemain ketoprak, akan membacakan cerpen berjudul “Dinda Kekasih Masa Laluku” karya Agus Suprihono. Meuz Prast, seorang perupa, akan membacakan penggalan cerpen karyanya sendiri berjudul “Mimpi Djene di Serapeum”. Ninuk Retno Raras, yang sejak tahun 1980-an sudah sering menulis cerpen, akan membacakan penggalan cerpen karyanya sendiri yang berjudul “Ziarah”. Margareth Widhy Pratiwi, seorang penulis novel berbahasa Jawa, akan membacakan petikan cerpen “Landung dan Kawan-Kawan di Gunung Kelir”. Yuliani Kumudaswari, perempuan penyair yang beberapa bukunya sudah terbit, akan membacakan petikan cerpennya yang berjudul “Kursi di Sudut Kamar”.
Eko
Winardi, seorang aktor teater, akan mengolah cerpen berjudul “Senyuman Butet” menjadi satu pertunjukan.
Eko, sebagai aktor telah melakukan banyak pentas bersama teater Perdikan, maupun pentas monolog.
Selain
pembacaan cerpen akan ada selingan lagu puisi dari Yupi, seorang pelantun lagu
puisi, dan akan menggubah puisi Dedet Setiadi, penyair dari Magelang, menjadi lagu.
Joshua
Igho, penyair dari Magelang, akan memainkan piano sepanjang pertunjukan untuk memberi
nuansa musikal dalam pembacaan cerpen. (***)