Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2024

Tiga Penyair Yogya dan Keunikan Jalan Pilihannya

  Judul Buku: Jalan Yang Dipilih, Antologi Puisi 3 Penyair Yogya Penulis: Yuliani Kumudaswari et.al Editor: Indro Suprobo, Ons Untoro Isi:  14 X 20 cm, xii + 116 hlm  Cetakan Pertama: Maret 2024 Penerbit: Tonggak Pustaka Yuliani, Produktivitas sebagai buah dari Habitus Adalah Yuliani Kumudaswari, penyair perempuan yang tak pernah henti menulis puisi. Seolah-olah, melahirkan puisi telah menjadi nafas hidup. Ia bergerak, mengalir, meluber dan tumpah sebagai pilihan-pilihan kata yang terolah. Menulis puisi atau cerpen secara rutin atau berkala dalam tempo tertentu lalu mengumpulkannya dalam setahun sehingga dapat menerbitkannya dalam sebuah buku, adalah sebuah laku disiplin yang tidak mudah. Ini adalah sebuah gaya atau laku hidup yang membutuhkan energi besar karena mendorong atau mengelola seluruh pikiran dan gerak motoris tubuh dalam suatu sinkronisasi aktivitas menulis. Penyatuan kehendak dan tindakan nyata membutuhkan latihan yang panjang dan pembiasaan yang terus-menerus. Semua itu m

Prahara Watusungsang Di Bulan Purnama

  Seperti halnya sastra Indonesia, sastra Jawa tak berhenti ditulis. Selalu ada penulis sastra Jawa dari usia berbeda-beda menulis sastra Jawa, baik berupa geguritan, cerita cekak dan novel. Ini ada naskah lakon, yang berjudul ‘Prahara Watusungsang’ ditulis Cicit Kaswami Rahayu, yang di tahun 2024 ini kumpulan cerka k nya mend ap at hadiah Rancage. Kisah Prahara Watusungsang , seolah seperti situasi politik negeri kita yang muram, yang membuat sesak dada banyak orang. Seorang raja, yang menikahi seorang perempuan anak pekathik , yang pada akhirnya di kemudian hari, istri raja tersebut, yang berasal dari rakyat, lebih berkuasa ketimbang rajanya, sehingga membuat rakyatnya menderita. Begitulah rakyat yang mendapat kekuasaan, mentalnya tidak kuat, dan mempunyai keinginan agar kekuasaan terus dipegangnya, dan dengan berbagai cara, termasuk merusak pranata hukum, merobek moral, meluruhkan etika, agar kekuasan tidak lepas darinya. Pertunjukan yang diberi nama pentas baca ini, akan di