Skip to main content

Namaku Luka, Antologi Cerpen 25 Penulis Perempuan

 



Judul Buku: Namaku Luka, Antologi Cerpen 25 Penulis Perempuan
Penulis: Ninuk Retno Raras et.al
Editor: Indro Suprobo, Ons Untoro
Isi: 14 X 20 cm, x + 262 hlm 
Cetakan Pertama: April 2024
Penerbit: Tonggak Pustaka



Membaca cerpen-cerpen yang ada di dalam buku ini, dan ditulis oleh para perempuan, saya teringat buku kumpulan cerpen berjudul ‘Perempuan’ ditulis oleh seorang sastrawan dan wartawan yang, saya kira sangat dikenal, ialah Mochtar Lubis. Buku kumpulan cerpen ini pertama kali diterbitkan tahun 1956 dan diterbitkan kembali tahun 2010 oleh Penerbit Obor Indonesia

Saya tidak sedang membandingkan antara buku kumpulan cerpen Mochtar Lubis berjudul ‘Perempuan’ dengan buku kumpulan berjudul ‘Namaku Luka’, karya para perempuan dari berbagai usia. Para penulis cerpen dalam buku ini, ketika buku kumpulan cerpen karya Mochtar Lubis diterbitkan, para penulis perempuan ini, dan juga saya, belum lahir. Yang sebenarnya ingin saya katakan ialah, bahwa cerpen masih terus ditulis dari generasi penulis yang berbeda-beda, dan tentu saja, ada pembacanya.

Membaca cerpen, saya kira lebih cepat selesai ketimbang membaca novel. Mungkin, ini yang membuat orang senang membaca cerpen. Membaca kumpulan cerpen, bisa memilih dari judul yang menarik, dan kemudian bisa mencari judul yang lain di halaman berbeda, tidak perlu urut seperti membaca novel, sehingga membaca cerpen bisa terputus-putus, karena satu cerpen dan cerpen lainnya tidak saling bersambung.

Buku kumpulan cerpen karya Mochtar Lubis terbit pertama tahun 1956, artinya cerpen-cerpennya mungkin ditulis pada tahun yang sama, atau malah sebelum tahun 1956. Ini artinya, situasi kisah-kisah dalam cerpen karya Mochtar Lubis ini belum kita kenali. Cerpen-cerpen karya Mochtar Lubis memiliki pengalaman hidup yang kaya, sehingga cerpen-cerpen dalam buku ini memberikan imajiasi pada masa sitausi cerpen-cerpen itu ditulis dan kita belum lahir. Cerpen-cerpen Mochtar Lubis tersebut memberikan kekayaan batin pembacanya. Pada saat kumpulan cerpen Mochtar Lubis diterbitkan pertama, usianya 34 tahun. Usia muda, penuh daya  cipta.

Tentu, berbeda dengan kumpulan cerpen ‘Namaku Luka’, yang ditulis para perempuan, yang umumnya masih muda dan kebanyakan masih berumur di bawah 60 tahun, atau ada juga yang berumur 60an tahun. Sebut saja, dalam usia yang masih muda, lebih-lebih yang berusia dibawh 50 tahun, sudah menulis karya sastra, dalam hal ini cerpen, kependekan dari cerita pendek.

Cerpen-cerpen dalam buku ini menceritakan mengenai perempuan, meski tidak selalu cerita mengenai dirinya sendiri, melainkan cerita perihal perempuan. Dalam kata lain, para penulis perempuan menulis tentang dunianya, dan aneka kisah disajikan dalam cerpen.

Saya senang, melihat perempuan peduli pada literasi, dan menulis merupakan bentuk dari literasi itu. Mereka, para perempuan saling berkumpul, selain menulis, juga membacakan karya-karyanya di hadapan publik. Sehingga apa yang dikenali sebagai literasi menemukan bentuknya. Karena, apa yang dilakukannya, tidak hanya menulis dan membaca, melainkan juga membincangkan karya sastra, sehingga ada sentuhan pemikiran untuk orang lain yang mengikutinya.

Melalui penerbitan buku kumpulan cerpen berjudul ‘Namaku Luka’ ini saya berharap Komunitas Sastra Bulan Purmama, terus memberi ruang berkarya pada anak bangsa sekaligus mengembangkan literasi. Secara diam-diam, dari jauh, saya akan dengan senang hati mendukungnya.

Selamat kepada para penulis perempuan yang cerpen-cerpennya terkumpul dalam buku ‘Namaku Luka’.